Senin, 01 Juli 2013

MAKALAH TENTANG TELUK KENDARI (SULAWESI TENGGARA)


BAB III
PEMBAHASAN

A.      Tinjauan Umum Tentang Kota Kendari
1.         Letak Wilayah Kota Kendari
Wilayah Kota Kendari yang sekaligus juga sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi dengan wilayah darat sebagian besar berada di daratan Sulawesi mengelilingi teluk Kendari dan dilewati oleh 13 aliran sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Kendari menghadap langsung ke Laut Banda sehingga teluk ini kaya akan hasil lautnya serta Selain itu juga, Terdapat satu pulau pada wilayah kota Kendari yang dikenal sebagai Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 km2 atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Kendari secara keseluruhan dikelilingi oleh kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara, dan Kabupaten Konawe Selatan. Berikut batas wilayah tersebut:
a)        Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia (Kabupaten Konawe).
b)        Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari (Kabupaten Konawe).
c)        Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto (Kabupaten Konawe Selatan) dan Sampara (Kabupaten Konawe).
d)       Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda (Kabupaten Konawe Selatan).
Secara geografis terletak di bagian selatan di garis khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan 03°-54°30°-4°3°11° lintang selatan dan membentang dari Barat ke Timur antara 122° 23°-122°39° Bujur Timur. Dengan demikian, Kota Kendari hanya mengenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Keadaan musim ini sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya.
Sehingga, suhu udarapun mengalami perubahan yang dipengaruhi juga oleh berbagai macam faktor perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pengunungan dan daerah pesisir dan laut mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu tropis.
Selama tahun 2011 suhu udara maksimum 31,4°C dan minimum 23,6°C. Tekanan udara rata-rata 1.009,18 millibar dengan kelembaban udara ratarata 84,58 persen. Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2011 pada umumnya berjalan normal, mencapai 1,009,18 m/detik. Dari 64 kelurahan, 43,75 persen diantaranya merupakan desa pesisir dan sebanyak 56,25 persen bukan desa pesisir.[1]
Topografi wilayah Kota Kendari pada dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit. Daerah datar yang terdapat di bagian Barat dan Selatan Teluk Kendari. Kecamatan Kendari yang terletak di sebelah Utara Teluk sebagian besar terdiri dari perbukitan (pegunungan Nipa-Nipa) dengan ketinggian ± 459M dari garis pantai. Sedangkan ke arah Selatan tingkat kemiringan antara 4%-30%. Bagian Barat (Kecamatan Mandonga) dan Selatan (Kecamatan Poasia) terdiri dari perbukitan bergelombang rendah dengan kemiringan ke arah Teluk Kendari.
Pembangunan dan pertambahan penduduk yang terus meningkat sangat mempengaruhi peningkatan kebutuhan pangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan ini merupakan salah satu penyebab timbulnya perilaku manusia untuk mengekspolitasi sumberdaya alam hayati secara berlebihan tanpa mempertimbangkan aspek kelestarian. Sumberdaya alam hayati yang terus dieksploitasi salah satu diantaranya adalah berada pada wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil seperti hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang dimana ketiga komponen wilayah pesisir ini termasuk daerah paling produktif karena merupakan peralihan antara ekosistim darat dan laut yang saling berinteraksi dan merupakan habitat yang paling subur bagi organisme perairan. Perlunya pengaturan mengenai wilayah pesisir dan laut secara terpadu oleh pemerintah Kota Kendari memiliki makna yang penting bagi pembangunan ekonomi, namun di sisi lain wilayah pesisir dan laut juga memiliki sejumlah persoalan yang terkait dengan ekologi, sosial-ekonomi, dan kelembagaan. Pembangunan sumberdaya pesisir dan laut selama ini tidak optimal dan berkelanjutan, salah satu penyebabnya adalah perencanaan dan pelaksanaannya dijalankan secara sektoral dan tidak tertata sesuai dengan penataan ruang yang baik.
Sesuai dengan karakteristik dan dinamika alamiah ekosistem pesisir dan laut, secara ekologis terkait satu sama lain, maka pengelolaan secara optimal hanya dapat diwujudkan dengan pendekatan holistik dan terintegrasi. Dengan adanya, tata kelola kelautan dibangun secara sistemik melalui pembangunan dan pemahaman keterpaduan antar pengelola di wilayah pesisir dan laut dengan pihak-pihak terkait, adanya tujuan dan sasaran, nilai dan etika dalam pembangunan, serta upaya penyelesaian sengketa dan kerjasama di antara masyarakat pesisir, pemerintah, dan stakehlders.
Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten/Kota untuk menggali potensi ekonomi secara optimal untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah. Namun harus diwaspadai agar kebijakan pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan laut tetap bersandar pada kepantingan publik dan kelestarian lingkungan. Dua hal yang terlihat kontradiktif ini harus dapat disinergikan secara terpadu. Berkaitan dengan hal tersebut, maka prinsip pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu dapat difokuskan pada empat aspek yaitu:
a)        Keterpaduan antara berbagai sektor dan swasta yang berasosiasi.
b)        Keterpaduan antara berbagai level pemerintahan, mulai dari pusat, kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
c)        Integrasi antara pemanfaatan ekosistem darat dan laut.
d)       Integrasi antara sain/teknologi dan manajemen.

2.         Luas Wilayah Kota Kendari
Kota Kendari yang terbagi dalam 10 wilayah kecamatan dengan luas wilayah 295, 89 Ha atau 0.70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Kota Kendari terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi  yang daratannya sebagian besar terdapat di daratan Pulau Sulawesi yang mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat 1 pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Kota Kendari mencakup luas wilayah 28.170 Km2 yang berada di sekitar pesisir pantai dengan diapit beberapa pegunungan. Luas wilayah daratan 8.532,88 Km2, sedangkan wilayah perairan 21.200 Km2.
Luas wilayah Kota Kendari menurut kecamatan sangat beragam, Kecamatan Poasia merupakan wilayah kecamatan yang paling luas (52,52 Km2 Atau 17,75 %), kemudian menyusul Kecamatan Abeli (50,49 Km2 Atau 17,06 %), Kecamatan Baruga (41,68 Km2 Atau 19,09 %), Kecamatan Mandonga (22,65 Km2 Atau 7,65 %), Kecamatan Kendari Barat (21,31 Km2 Atau 7,20 %) dan Kecamatan Kendari (14,19 Km2 Atau 4,80 %), Kecamatan Puuwatu (42,70 Km2 Atau 14,43 %) Kecamatan Kadia (9,97 Km2 Atau 3,37 %) Kecamatan Kambu (28,75 Km2 Atau 9,72 %) Kecamatan Wua-Wua (11,63 Km2 Atau 3,93 %). Adapun luas wilayah yang dimaksudkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 5 s/d 14 Tahun 2005 wilayah Kota Kendari mengalami pemekaran menjadi 10 wilayah kecamatan dan 64 wilayah kelurahan.

3.         Teluk Kendari
Kendari adalah salah satu daerah yang memiliki wilayah perairan sebagai pembatasnya dengan pulau lain. Perairan yang dimaksud dalam hal ini adalah perairan Teluk Kendari. Perairan ini memiliki sumbangan yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian Kota Kendari. Hal ini disebabkan karena Teluk Kendari memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan bagi masyarakat Kota Kendari.
Perairan Teluk Kendari merupakan perairan teluk semi tertutup yang mulut teluknya menyempit dan menghadap ke perairan Laut Banda.  Secara Horizontal perairan Teluk Kendari terdiri atas 3 bagian yaitu:
1.        Muara sungai.  Bagian ini memiliki kedalaman berkisar antara 0-5 m yang berbatasan langsung dengan sungai Wanggu, yang memberi masukan air tawar.  Selain itu pada dasar perairan banyak terdapat endapan lumpur yang terakumulasi dari kedua massa air dan endapan lumpur tersebut, banyak mengandung bahan organik yang terdiri dari organisme dan detritus yang sangat dibutuhkan organisme perairan sebagai makanannya.
2.    Tengah teluk.  Bagian ini memiliki kedalaman berkisar antara 5-10 m yang tergolong potensial bagi pengembangan ekonomi masyarakat di sekitarnya.  Perairan ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, untuk beberapa kegiatan seperti penangkapan dan transportasi.  Terhadap kegiatan tersebut, maka perairan ini menjadi salah satu perairan yang cukup banyak mendapatkan tekanan langsung berupa hasil sampingan kegiatan-kegiatan di daratan dan hal ini sangat mengurangi tingkat kesuburan perairan.
3.    Mulut teluk.  Bagian ini memiliki kedalaman tertinggi dari dua stasiun lainnya yaitu > 10 m yang berada di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) dan berhubungan langsung dengan Laut Banda sehingga ada interaksi di dalamnya.  Interaksi tersebut menyangkut faktor fisika perairan seperti suhu, kecepatan angin, kecepatan arus, yang berbeda bila dibandingkan pada ke dua bagain lainnya. Pada bagian mulut teluk ini terdapat pulau kecil Bungkutoko, sehingga bentuk perairan Teluk Kendari menjadi relatif tertutup.
Perairan Teluk Kendari yang terletak di tengah kota Kendari diperkirakan memiliki luas ± 10,84 kmdan memiliki panjang garis pantai ± 35,85 km.  Secara geografis Teluk Kendari berada pada posisi 3o58’3”–4o3’11’’LS membentang ke sebelah timur 122o32’’–122o36’’BT dengan batasan wilayah :
1.     Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kendari dan Kendari Barat;
2.     Sebelah timur berbatasan dengan Bungkutoko;
3.     Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Poasia dan Kecamatan    Abeli;
4.     Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Kambu.
Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, perairan Teluk Kendari juga memiliki tipe iklim tropis.  Musim barat biasanya berlangsung dari bulan Oktober-Februari dengan curah hujan relatif tinggi jika dibandingkan dengan musim timur yang terjadi antara bulan Maret-September, dimana musim peralihan atau musim pancaroba terjadi pada bulan Februari-Maret dan September hingga Oktober, dengan pola tiupan.


[1] BMKG Stasiun Maritim Kendari. 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar