BAB III
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Umum Tentang Kota Kendari
1.
Letak Wilayah Kota Kendari
Wilayah Kota
Kendari yang sekaligus juga sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara
geografis terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi dengan wilayah darat
sebagian besar berada di daratan Sulawesi mengelilingi teluk Kendari dan
dilewati oleh 13 aliran sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Kendari menghadap
langsung ke Laut Banda sehingga teluk ini kaya akan hasil lautnya serta Selain itu juga, Terdapat satu pulau
pada wilayah kota Kendari yang dikenal sebagai Pulau Bungkutoko. Luas wilayah
daratan Kota Kendari 295,89 km2 atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Kota Kendari secara keseluruhan dikelilingi oleh
kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara, dan
Kabupaten Konawe Selatan. Berikut
batas wilayah tersebut:
a)
Sebelah
Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia (Kabupaten Konawe).
b)
Sebelah
Timur berbatasan dengan Laut Kendari (Kabupaten Konawe).
c)
Sebelah
Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto (Kabupaten Konawe Selatan) dan
Sampara (Kabupaten Konawe).
d)
Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda (Kabupaten
Konawe Selatan).
Secara geografis
terletak di bagian selatan di garis khatulistiwa, memanjang dari Utara ke
Selatan 03°-54°30°-4°3°11° lintang selatan dan membentang dari Barat ke Timur
antara 122° 23°-122°39° Bujur Timur. Dengan demikian, Kota Kendari hanya
mengenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Keadaan musim ini
sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya.
Sehingga, suhu
udarapun mengalami perubahan yang dipengaruhi juga oleh berbagai macam faktor
perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pengunungan dan daerah pesisir
dan laut mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing
tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan
daerah bersuhu tropis.
Selama tahun 2011
suhu udara maksimum 31,4°C dan minimum 23,6°C. Tekanan udara rata-rata 1.009,18
millibar dengan kelembaban udara ratarata 84,58 persen. Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2011 pada
umumnya berjalan normal, mencapai 1,009,18 m/detik. Dari 64 kelurahan, 43,75
persen diantaranya merupakan desa pesisir dan sebanyak 56,25 persen bukan desa
pesisir.[1]
Topografi wilayah
Kota Kendari pada dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit. Daerah datar yang terdapat di bagian Barat dan Selatan
Teluk Kendari. Kecamatan Kendari yang terletak di sebelah Utara Teluk sebagian
besar terdiri dari perbukitan (pegunungan Nipa-Nipa) dengan ketinggian ± 459M dari garis pantai. Sedangkan ke arah Selatan
tingkat kemiringan antara 4%-30%. Bagian Barat (Kecamatan Mandonga) dan Selatan (Kecamatan
Poasia) terdiri dari perbukitan bergelombang rendah dengan kemiringan ke arah
Teluk Kendari.
Pembangunan dan pertambahan penduduk yang terus meningkat
sangat mempengaruhi
peningkatan kebutuhan pangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan ini merupakan salah satu penyebab
timbulnya perilaku manusia untuk mengekspolitasi sumberdaya alam hayati secara
berlebihan tanpa mempertimbangkan aspek kelestarian. Sumberdaya alam hayati
yang terus dieksploitasi salah satu diantaranya adalah berada pada wilayah
pesisir dan pulau- pulau kecil seperti hutan mangrove, padang lamun dan terumbu
karang dimana ketiga komponen wilayah pesisir ini termasuk daerah paling
produktif karena merupakan peralihan antara ekosistim darat dan laut yang
saling berinteraksi dan merupakan habitat yang paling subur bagi organisme
perairan. Perlunya pengaturan mengenai wilayah pesisir dan
laut secara terpadu oleh pemerintah Kota Kendari memiliki makna yang penting
bagi pembangunan ekonomi, namun di sisi lain wilayah pesisir dan laut juga
memiliki sejumlah persoalan yang terkait dengan ekologi, sosial-ekonomi, dan
kelembagaan. Pembangunan
sumberdaya pesisir dan laut selama ini tidak optimal dan berkelanjutan, salah
satu penyebabnya adalah perencanaan dan pelaksanaannya dijalankan secara
sektoral dan tidak tertata sesuai dengan penataan ruang yang baik.
Sesuai dengan
karakteristik dan dinamika alamiah ekosistem pesisir dan laut, secara ekologis
terkait satu sama lain, maka pengelolaan secara optimal hanya dapat diwujudkan
dengan pendekatan holistik dan terintegrasi. Dengan adanya, tata kelola
kelautan dibangun secara sistemik melalui pembangunan dan pemahaman keterpaduan
antar pengelola di wilayah pesisir dan laut dengan pihak-pihak terkait, adanya
tujuan dan sasaran, nilai dan etika dalam pembangunan, serta upaya penyelesaian
sengketa dan kerjasama di antara masyarakat pesisir, pemerintah, dan stakehlders.
Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten/Kota
untuk menggali potensi ekonomi secara optimal untuk membiayai kegiatan
pembangunan daerah. Namun harus diwaspadai agar kebijakan pemanfaatan potensi
sumberdaya pesisir dan laut tetap bersandar pada kepantingan publik dan
kelestarian lingkungan. Dua hal yang terlihat kontradiktif ini harus dapat
disinergikan secara terpadu. Berkaitan dengan hal tersebut, maka prinsip
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu dapat difokuskan pada
empat aspek yaitu:
a)
Keterpaduan
antara berbagai sektor dan swasta yang berasosiasi.
b)
Keterpaduan
antara berbagai level pemerintahan, mulai dari pusat, kabupaten/kota, kecamatan
dan desa.
c)
Integrasi
antara pemanfaatan ekosistem darat dan laut.
d) Integrasi antara sain/teknologi dan manajemen.
2.
Luas
Wilayah
Kota Kendari
Kota Kendari yang
terbagi dalam 10 wilayah kecamatan dengan luas wilayah 295, 89 Ha atau 0.70
persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Kota Kendari
terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi
yang daratannya sebagian besar terdapat di daratan Pulau Sulawesi yang
mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat 1 pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Kota Kendari mencakup luas wilayah 28.170 Km2
yang berada di sekitar pesisir pantai dengan diapit beberapa pegunungan. Luas
wilayah daratan 8.532,88 Km2, sedangkan wilayah perairan 21.200 Km2.
Luas wilayah Kota Kendari menurut kecamatan sangat
beragam, Kecamatan Poasia merupakan wilayah kecamatan yang paling luas
(52,52 Km2
Atau 17,75
%), kemudian
menyusul Kecamatan Abeli (50,49 Km2 Atau 17,06 %), Kecamatan Baruga (41,68 Km2 Atau
19,09 %), Kecamatan Mandonga (22,65 Km2
Atau 7,65
%), Kecamatan
Kendari Barat (21,31 Km2 Atau 7,20 %) dan Kecamatan Kendari (14,19 Km2
Atau
4,80 %), Kecamatan Puuwatu (42,70 Km2
Atau 14,43
%) Kecamatan
Kadia (9,97 Km2 Atau 3,37
%) Kecamatan
Kambu (28,75 Km2 Atau 9,72
%) Kecamatan
Wua-Wua (11,63 Km2 Atau 3,93
%). Adapun luas wilayah yang dimaksudkan berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 5 s/d 14 Tahun 2005 wilayah Kota Kendari mengalami
pemekaran menjadi 10 wilayah kecamatan dan 64 wilayah kelurahan.
3.
Teluk Kendari
Kendari adalah salah satu daerah yang memiliki wilayah perairan sebagai
pembatasnya dengan pulau lain. Perairan yang dimaksud dalam hal ini adalah
perairan Teluk Kendari. Perairan ini memiliki sumbangan yang cukup besar dalam
perkembangan perekonomian Kota Kendari. Hal ini disebabkan karena Teluk Kendari
memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan bagi masyarakat Kota
Kendari.
Perairan Teluk Kendari merupakan
perairan teluk semi tertutup yang mulut teluknya menyempit dan menghadap ke
perairan Laut Banda. Secara Horizontal perairan Teluk Kendari terdiri
atas 3 bagian yaitu:
1.
Muara
sungai. Bagian ini memiliki kedalaman berkisar antara 0-5 m yang
berbatasan langsung dengan sungai Wanggu, yang memberi masukan air tawar.
Selain itu pada dasar perairan banyak terdapat endapan lumpur yang terakumulasi
dari kedua massa air dan endapan lumpur tersebut, banyak mengandung bahan
organik yang terdiri dari organisme dan detritus yang sangat dibutuhkan
organisme perairan sebagai makanannya.
2. Tengah teluk. Bagian ini memiliki kedalaman berkisar antara 5-10 m
yang tergolong potensial bagi pengembangan ekonomi masyarakat di
sekitarnya. Perairan ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar,
untuk beberapa kegiatan seperti penangkapan dan transportasi. Terhadap
kegiatan tersebut, maka perairan ini menjadi salah satu perairan yang cukup
banyak mendapatkan tekanan langsung berupa hasil sampingan kegiatan-kegiatan di
daratan dan hal ini sangat mengurangi tingkat kesuburan perairan.
3. Mulut teluk. Bagian ini memiliki kedalaman
tertinggi dari dua stasiun lainnya yaitu > 10 m yang berada di
sekitar Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) dan berhubungan langsung dengan Laut
Banda sehingga ada interaksi di dalamnya.
Interaksi tersebut menyangkut faktor fisika perairan seperti suhu, kecepatan
angin, kecepatan arus, yang berbeda bila dibandingkan pada ke dua bagain
lainnya. Pada bagian mulut teluk ini
terdapat pulau kecil Bungkutoko, sehingga bentuk perairan Teluk Kendari menjadi
relatif tertutup.
Perairan Teluk Kendari yang
terletak di tengah kota Kendari
diperkirakan memiliki luas ± 10,84 km2 dan memiliki panjang
garis pantai ± 35,85 km. Secara
geografis Teluk Kendari berada pada posisi 3o58’3”–4o3’11’’LS
membentang ke sebelah timur 122o32’’–122o36’’BT dengan
batasan wilayah :
1. Sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Kendari dan Kendari Barat;
2. Sebelah timur
berbatasan dengan Bungkutoko;
3. Sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Poasia dan Kecamatan Abeli;
4. Sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Kambu.
Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, perairan Teluk Kendari juga
memiliki tipe iklim tropis. Musim barat biasanya berlangsung dari bulan
Oktober-Februari dengan curah hujan relatif tinggi jika dibandingkan dengan
musim timur yang terjadi antara bulan Maret-September, dimana musim peralihan
atau musim pancaroba terjadi pada bulan Februari-Maret dan September hingga
Oktober, dengan pola tiupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar